14 Tahun Hidup Penuh Kisah
Pada pukul 20.00, 14 tahun yang lalu, tepatnya pada Hari
Rabu tanggal 05 November 1997, saya lahir di Rumah Sakit Puri Cinere yang
berada di Cinere. Orang tua saya bernama
Martediansyah dan Yunanda Amandey. Merekalah yang memberikan nama kepada saya,
yaitu Nadhira Zhafirany, yang berasal dari bahasa arab dan memiliki arti “Ratu
yang beruntung dan elok”. Di keluarga saya, saya merupakan anak pertama dari 4 bersaudara
Saya, adik-adik saya, dan Ibu Saya |
Setelah beberapa hari di rumah sakit, saya dibawa
pulang oleh orang tua saya ke kediaman nenek dan kakek saya, yang berada di
Komplek TNI Angkatan Laut, Pondok Labu. Saat itu, saya dan orang tua saya maish
tinggal bersama di rumah nenek dan kakek saya. Di rumah itu ada kakek dan nenek
saya, orang tua saya, tante saya, saya, kakak dari nenek saya, dan satu orang
pembantu. Saya tinggal di rumah itu sampai kira-kira umur 1 tahun. Selanjutnya,
saya tinggal di lingkungan Komplek BRI, Cipete, Jakarta Selatan.
Bersama orang tua saat usia 1 bulan |
Ulang Tahun yang ke 1 |
Ulang Tahun yang ke 2 |
Masa KB-TK
Saat berumur 1 tahun 8 bulan, saya memasuki sebuah
pre-school yang bernama “Twinkle Stars”. Di tempat tersebut, saya diharuskan
berbicara dalam bahasa inggris. Saya biasanya diantar ke sana bersama nenek
saya, karena orang tua saya dua-duanya bekerja. Aktifitasnya antara lain
bermain, menonton video, bernyanyi, dsb.
Saya melanjutkan pendidikan saya di TK Islam Birrul
Amin. Orang tua saya memilih TK tersebut karena dekat dengan rumah saya.
Beberapa teman TK saya juga masih berhubungan dekat dengan saya.
Pada tahun 2002, saat saya berada di jenjang TK B, ibu
saya melahirkan adik perempuan saya. Ia bernama Nabila Fauzirany. Kami memiliki
perbedaan umur 5 tahun. Saya sangat senang dengan kehadiran Nabila. Karena
sebelumnya ibu saya pernah keguguran 2 kali. Padahal saya sangat menginginkan
adik.
Memakai seragam "Twinkle Star" |
Lomba paduan suara dengan TK Birrul Amin |
Masa SD
Saya lulus dari TK pada tahun 2003. Saat itu, saya
masih berumur 5 tahun 8 bulan. Beberapa sekolah mengharuskan muridnya untuk
berumur paling tidak 6 atau 7 tahun, karena itu saya agak sulit memilih
sekolah. Tapi pada akhirnya, saya masuk ke SD Islam Al-Ikhlas yang juga berada
di daerah Cipete. Banyak teman TK saya yang masuk ke SDI Al-Ikhlas, karena itu
saya tidak susah saat menyesuaikan diri di sekolah tersebut.
Saat kelas 1 saya masuk ke kelas 1D. Saat itu, sekolah
saya memiliki sistem pagi-siang. Kelas 1A & 1B bergantian dengan1C &
1D. Saat kelas 2, saya masuk ke kelas 2B. Saat itu adalah tahun 2004, dan pada
saat itulah saya mendapatkan adik kedua saya yang bernama Muhammad Zaki
Fazansyah.
Di kelas 3, saya masuk ke kelas 3A. Pada bulan-bulan
terakhir kelas 3, saya sudah mempersiapkan kepindahan saya ke Bandung. Ibu saya
dimutasi oleh kantornya ke Bandung, karena itu kami sekeluarga ikut pindah ke
sana.
Saya masuk ke SDN Karang Pawulang 1 di Bandung. Di
sana, saya sangat diterima dengan baik. Saya juga masuk ke grup Marching Band
SDN Karang Pawulang 1 sebagai Caller Guard. Saya dapat mengikuti semua
pelajaran di sana kecuali 1 pelajaran, yaitu Bahasa Sunda. Saat membaca buku
bahasa sunda, guru saya meminta murid-murid untuk melingkari kata-kata yang
tidak dimengerti. Saya langsung membuat lingkaran besar pada satu halaman,
karena saya tidak mengerti sama sekali.
Bersama teman di SDN Karang Pawulang 1 |
Menjadi Caller Guard di Marching Band sekolah |
Walaupun saya merupakan murid baru di sekolah
tersebut, tetapi guru bahasa inggris saya sering mendaftarkan saya ke
lomba-lomba bahasa inggris. Lomba Speech Contest pertama saya berakhir baik,
saya mendapatkan juara 1. Setelah beberapa lomba, akhirnya saya didaftarkan
oleh sekolah untuk mengikuti lomba tingkat nasional di Yogyakarta. Sayangnya,
saya hanya berhasil sampai babak final.
Pada tahun 2007, saya kembali lagi ke Jakarta, dan
saya kembali lagi ke SD Islam Al-Ikhlas. Saat itu, saya berada di kelas 5. Saya
masuk ke kelas 5B. Walau pada awalnya teman-teman di kelas saya tidak menerima
saya dengan baik, pada akhirnya kami semua tetap berteman baik.
Kelas 6 pada tahun 2008, saya masuk ke kelas 6A. Di
tahun ini, saya mendapatkan adik terakhir saya yang bernama Nafisa Faizarany. Ia
layaknya hadiah ulang tahun untuk saya –tapi ia jauh lebih berarti dari itu–, karena dia lahir 19 hari
dari ulang tahun saya dan merupakan permohonan saya saat saya berulang tahun ke
10 tahun 2007 lalu. Saya memiliki perbedaan tahun yang cukup jauh dengan
Nafisa, yaitu 11 tahun.
Di
kelas 6 ini, saya mendapatkan pelajaran tambahan tiap pagi untuk persiapan
Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Saya juga mendapatkan try
out-try out untuk melatih menjawab soal-soal yang diperkirakan keluar. Saat
hasil UASBN keluar, saya merasa kurang puas karena tidak mencapai rata-rata 9. Tetapi
saya tetap bersyukur dan bangga karena itu merupakan hasil kerja saya sendiri,
Angkatan 24 SD Islam Al-Ikhlas |
Masa SMP
Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya dan orang
tua saya memilih SMPN 68 Jakarta sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan
saya. Letaknya ada di sebelah SD Islam Al-Ikhlas, masih di daerah cipete. Ibu saya
memilih sekolah ini karena termasuk sekolah terbaik di Jakarta Selatan dan juga
dekat dengan rumah.
Pada awalnya, saya tidak merasa terlalu nyaman berada
di sekolah ini. Karena teman-teman dekat saya dari SD tidak ada yang mendaftar
disini dan lingkungannyapun sangat asing. Tapi serelah beberapa bulan, saya
mulai merasa nyaman. Kelas 7, saya masuk ke kelas 7-1. Tetapi, dari hasil
psikotes dan tes-tes lain, saya lolos untuk masuk ke kelas Akselerasi. Awalnya
saya tidak ingin menerimanya. Tapi karena merasa tertantang, saya akhirnya
menerima tawaran itu dan masuk ke kelas akselerasi.
Jumlah murid di kelas akselerasi hanya 12 orang. 3
dari 15 orang yang lolos menolak untuk masuk dan akhirnya masuk ke kelas bilingual.
12 orang ini mengandung 5 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Pada awalnya,
murid-murid di kelas akselerasi tidak begitu nyambung karena masih belum kenal satu sama lain. Tapi dengan
berjalannya waktu, kamipun menjadi sangat dekat layaknya keluarga. Mungkin karena
jumlah kami yang sedikit yaitu hanya 12,
apapun yang kami lakukan di kelas pasti bersama-sama.
Perbedaan kelas akselerasi dan kelas biasa hanyalah di
waktunya. Kelas akselerasi menjalani SMP hanya 2 tahun. Satu semester yang
seharusnya 6 bulan menjadi 4 bulan di kelas akselerasi. Awalnya saya masih bisa
mengikuti, tapi saat kelas 8 semester 2, semester ini yang harusnya 4 bulan
disingkat lagi menjadi 2 bulan. Disini adalah saat-saat dimana saya menghadapi
ulangan-ulangan tiap harinya. Ini dilakukan agar kelas akselerasi bisa mengejar
kelas 9 dan bisa mengikuti pendalaman materi untuk persiapan UN bersama
angkatan atas.
Disaat-saat yang stress seperti ini, saya dan keempat
teman perempuan saya sangat sering mengunjungi rumah salah satu dari kami
sepulang sekolah. Bukan untuk belajar, tapi sekedar mengobrol dan melepas
stress. Sambil juga mengingat bahwa dalam waktu beberapa bulan kita akan jarang
bertemu karena sudah masuk ke SMA masing-masing.
Saya dan 4 orang teman perempuan dari kelas akselerasi |
Setelah UN selesai, saya merasa sangat lega. Dan saat hasilnya keluar pada tanggal 4 Juni 2011, saya sangat senang karena hasilnya mencapai ekspektasi saya. Saya mendapat nilai 37,80 dan Alhamdulillah berhasil masuk top 10 sekolah.
Saya dan teman-teman dari kelas akselerasi |
Masa SMA
Pada bulan februari 2011, saya mengikuti tes masuk SMA
Labschool Kebayoran. Saat pertama saya melihat lembar soalnya, saya sudah patah
semangat. Soalnya lumayan sulit menurut saya, apalagi di bagian IPS, karena
saya sudah lupa pelajaran tersebut. Tapi, apapun yang terjadi, saya harus tetap
mengerjakan soal-soal ini, jadi saya berusaha semampu mungkin. Setelah hasilnya
keluar, saya sangat senang saat tahu saya lolos tes yang menurut saya sangat
susah ini dan berhasil masuk ke SMA Labschool Kebayoran.
Pada awalnya, saya bingung untuk memilih antara SMA 34
dan SMA Labschool Kebayoran. Faktor yang paling dipikirkan oleh saya dan orang
tua saya adalah jarak. Kalau di SMA 34, saya sudah bisa pulang pergi sendiri.
Sedangkan di SMA Labschool Kebayoran, saya berada di tempat yang baru dan
diharuskan naik bis, bukan angkot, jika ingin pulang sendiri. Tetapi setelah
banyak saran dari teman-teman dan pertimbangan-pertimbangan, saya memilih SMA
Labschool Kebayoran.
Di kelas 10, saya masuk ke kelas XC. Awalnya, kelas
ini tidak begitu berisik dan masih canggung satu sama lain. Mungkin karena kita
masih baru bertemu jadi belum betul-betul membaur. Tapi, saya merasa sangat
nyaman di kelas ini karena semua teman-teman di XC mau menerima satu sama lain.
Bisa dibilang sedih seneng bareng bareng.
Kelas paling solid yang pernah saya
dapatkan.
Kelas XC |
Bersama sebagian anak perempuan XC saat lari pagi terakhir kelas X |
SMA Labschool Kebayoran memiliki banyak sekali
kegiatan-kegiatan dan komunitas-komunitas. Karena ingin masuk ke OSIS, saya melatih
keterampilan berorganisasi dengan masuk ke komunitas rohani islam atau Rohis.
Ada beberapa program wajib di SMA Labschool Kebayoran
yaitu Trip Observasi (TO) dan Bintama. TO tahun 2011 lalu diadakan di Kampung
Parakan Ceuri dan dilaksanakan pada bulan Oktober. Di TO, kami diajak untuk
tinggal di rumah penduduk setempat dan hidup di sana selama beberapa hari, di
tahun kami selama 5 hari. Kami dibagi menjadi banyak kelompok yang berisi 8
orang dan didampingi oleh kakak osis. Sedangkan di Bintama, kami diajak ke
Kopassus untuk melatih fisik dan mental kami selama beberapa hari. Pengalaman di
TO dan Bintama sangat-sangat tidak terlupakan dan menjadi bekal penting untuk
kehidupan mendatang.
Di semester 2 kelas 10, kelas XC kedatangan 3 murid
baru yaitu Zhafira, Devi, dan Via. Di semester 2 jugalah XC menjadi
sangat-sangat dekat satu sama lainnya. XC juga mendapatkan wali kelas baru
yaitu Bu Fitri. Di semester 2 ini juga saya mengalami banyak kejadian-kejadian
yang tidak terlupakan bersama kelas XC yang membuat saya susah untuk melupakan
kelas ini.
SMA Labschool Kebayoran juga memiliki program yang
tidak wajib tetapi harus diikuti untuk murid-murid yang ingin menjadi OSIS yang
bernama Lapinsi. Saya mengikuti lapinsi dengan harapan lolos untuk menjadi
pengurus osis, dan Alhamdulillah saya lolos.
Di kelas XI, saya Alhamdulillah diterima di program
IPA dan sekarang berada di kelas XI IPA 1. Semuanya memang terasa beda dari
kelas 10. Pelajaran-pelajaran saya sudah fokus ke IPA dan teman-temannyapun
berbeda lagi. Tetapi, saya merasa cukup senang di kelas ini karena teman-teman
yang friendly dan mau menerima satu
sama lain.
Perjalanan hidup saya masih panjang dan masih banyak
yang harus saya pelajari untuk menjalani kehidupan ini. Harapan saya adalah
saya dapat terus membanggakan orang tua saya dan menjadi pribadi yang lebih
baik untuk ke depannya.http://labsky2012.blogspot.com/2012/08/tugas-1-autobiografi-nadhira-zhafirany_24.html
0 comments:
Posting Komentar